Loading

Apa sih yang dicari orang di dunia ini? Saya yakin, apa pun yang diusahakan manusia, pada akhirnya mereka ingin merasakan kebahagiaan (yang bukan hanya kesenangan dan kenikmatan belaka). Masalahnya, seringkali kita, manusia, salah mengartikan kebahagiaan. Banyak di antara kita yang menganggap apa yang di dalam kurung — maksud saya kesenangan dan kenikmatan — itulah kebahagiaan. Kita baru sadar ketika sudah terlambat, ketika kesenangan dan kenikmatan itu lambat laun hilang.

Dari obrolan dengan banyak teman dan sahabat, baik dalam forum diskusi resmi maupun jagongan santai, mayoritas (kalau tak boleh dikatakan “semua”) setuju bahwa kesenangan dan kenikmatan itu gampang sekali didapatkan. Asal ada duit, ada harta, ada keahlian, ada popularitas, ada modal tampang, dll yang bersifat material, kesenangan dan kenikmatan sudah hampir pasti ada dalam genggaman kita. Tapi sekali lagi, itu bukan kebahagiaan. Kalau demikian, bagaimana kebahagiaan itu dapat kita raih? Lagi-lagi dari obrolan bersama teman dan sahabat, saya merangkumnya demikian: 

Berpikir Positif dan Bersyukur 

Yang harus senantiasa kita sadari adalah bahwa tiada satu pun pengalaman kita dan peristiwa hidup kita yang terjadi dan berlalu begitu saja. Semua pasti meninggalkan makna dan nilai bagi kehidupan kita. Masalahnya, kita sering tidak punya waktu untuk sejenak melihat dan menemukan makna itu. Selanjutnya itulah yang terjadi, yaitu hidup berlalu dan mengalir begitu saja tanpa meninggalkan makna. Kalau itu terus-menerus terjadi dalam hidup kita, maka kita akan merasa bahwa hidup kita sia-sia, dan lebih parah lagi, kita akan merasa hidup kita ngenes (memprihatinkan). Orang yang demikian tak henti-hentinya mengeluh dalam hidupnya, seolah-olah tidak ada yang benar dalam hidupnya, seolah-olah dialah orang yang paling menderita di dunia ini, dan seolah-olah tidak ada yang baik di sekitarnya. Akhirnya orang seperti itu merasa bahwa lebih baik mati saja daripada hidup.

Benarlah yang dikatakan seorang filsuf besar, yaitu bahwa hidup yang tak direfleksikan adalah hidup yang tak layak dijalani. Kalau kita punya sedikit waktu untuk merenung dan berefleksi, dan menggunakan kacamata pikiran positif, kita akan menemukan bahwa hidup yang kita jalani tidak pernah sia-sia. Bahkan, pengalaman dan peristiwa hidup yang paling pahit sekali pun meninggalkan sesuatu yang bermakna sehingga layak untuk disyukuri.

Contoh sederhana, pengalaman sakit. Banyak orang mengeluh karena mengalami atau menderita suatu penyakit. Sakit dianggap sebagai sebuah kesialan yang layak dikeluhkan. Sakit dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat dalam hidup. Sakit dirasakan sebagai suatu hukuman dari Tuhan. Namun, benarkah demikian? Bayangkan, seandainya manusia tidak punya rasa sakit, apa yang akan terjadi? Bisa bisa kita kunyah dan kita makan lidah kita sendiri karena kita sangka permen karet. Atau mungkin kita cungkil mata kita dan kita pakai untuk bermain bola bekel. Maka bersyukurlah bahwa kita masih punya rasa sakit. Kita menjadi lebih aman karenanya. Atau bayangkan jika manusia tak pernah menderita sakit. Mungkin dia akan merasa sebagai manusia super, tak butuh siapa pun, bahkan mungkin juga lupa akan Tuhannya. Dia akan menjadi manusia sombong, menjadi manusia yang tak butuh cinta sesamanya, dan tak butuh Tuhan. Maka, syukurilah pengalaman sakit yang kita terima dalam hidup. Itu akan membuat kita menjadi rendah hati, tahu batas kemampuan diri, sadar bahwa masih banyak orang yang memperhatikan dan mencintai kita.

Atau contoh lain, pengalaman gagal dalam hidup, misalnya. Apakah itu sesuatu yang baik atau yang buruk? Tergantung dengan kacamata apa kita melihatnya. Kalau kita melihatnya dengan pikiran positif, pengalaman kegagalan bisa menjadi sebuah pengalaman yang indah dan berharga. Kita akan disadarakan akan banyak hal. Misalnya, bahwa kita manusia lemah yang punya keterbatasan, bahwa kita tak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dan peran orang lain, bahwa mungkin kita kurang sungguh-sungguh berusaha, dan lain-lain. Nah, kalau kita mau selalu berpikir positif dan bersyukur, kita akan merasa bahwa semua yang terjadi dalam hidup adalah sesuatu yang indah….akhirnya kebahagiaan pun dapat kita rasakan. 

Memaafkan 

Tak jarang di antara kita mengalami pengalaman di mana orang berbuat salah kepada kita, menyinggung perasaan kita, membuat kita marah, menyakiti hati ataupun fisik kita. Pengalaman ini membuat relasi kita dengan orang tersebut menjadi kurang baik, atau bahkan rusak. Kita tidak bisa merasa damai dan tenang kalau bertemu dia. Selalu ada rasa ingin membalas apa yang telah diperbuatnya pada kita. Kita belum puas kalau belum melakukan hal yang sama atau bahkan yang lebih kejam. Nah, kalau itu terus terjadi dalam hidup kita, maka kebahagiaan pun tak akan kita rasakan. Seringkali terjadi juga, orang yang kita anggap berbuat salah kepada kita, sesungguhnya tak sadar akan kesalahannya. Dia merasa tak pernah ada apa-apa, sehingga dia menjalani hidupnya, hari-harinya, relasinya dengan kita seperti biasa. Sedangkan kita, yang menyimpan terus dalam hati kesalahan teman kita, selalu merasa ada yang mengganjal dalam hati dan membuat hidup tidak tenang, hati tidak damai dan bahagia. Tidak ada cara lain sebagai pemecahannya selain dengan memaafkan. Ketika ada kesediaan untuk memaafkan, di situlah luka-luka yang menimbulkan keretakan dapat terobati, hati menjadi damai, dan hidup menjadi bahagia.